Berbicara masalah
cinta dan perasaan memang tidak mudah. Terlebih bila kita menyadari ada yang
salah dengan perasaan dan cinta itu. Tidak seperti kebanyakan cerita yang
sering kita dengar. Permasalahan cinta seorang kaum gay tak sekedar rumit hanya
karena masalah kecantikan dan ketampanan, tidak sekedar masalah kaya dan
miskin, derajat tinggi dan rendah, direstui atau ditolak, dikhianatai, atau
problematika percintaan yang umum kita tonton dari sinetron atau baca melalui
novel. Problematika cinta seorang kaum gay jarang menjadi tema.
Benar-benar membuat
stress jika cinta mulai tumbuh namun juga ada kesadaran bahwa kita dan orang
yang kita cintai tak pernah punya kesempatan untuk hidup bersama. Setidaknya
dengan kondisi undang-undang seperti di negara kita. Ketika perasaan itu datang
maka semua tema tragis percintaan dalam sinetron dan novel menjadi tema
kehidupan kita. Cintanya tidak hanya bertepuk sebelah tangan, orang yang kita
cintai mungkin juga akan jijik bahkan benci, belum lagi orang tua tidak akan siap
menerima nasib anaknya, jika orang lain tidak benci bukan berarti mereka tahu
cara menolong kita, bahkan mungkin kita sendiri tidak tahu yang sebetulnya kita
inginkan saat menghadapi kondisi tersebut.
KAUM GAY pada tahap awal kesadaran diri mereka, -katakan
saja pada saudara-saudara kita yang masih berusia muda dan baru memasuki masa
pubertas, tentu mengalami loncatan psikologis ganda jika dibandingkan dengan
kebanyakan manusia biasa. Pada kondisi umum saja permasalahan kita, khususnya
remaja sudah sangat membuat mereka tertekan. Masalah-masalah sosial psikologis
mulai bermunculan. Mulai dari masalah asmara, hubungan sosial, persahabatan,
akademik, bahkan ekonomi. Semua orang akan mengalami ini. Kemudian kaum gay
akan memiliki masalah tambahan yang merupakan catatan khusus selama menjalani
proses pendewasaan. Tentu saja terutama masalah cinta dan perasaan seperti yang
sudah disebut sebelumnya.
Bila seorang kaum gay telah dapat membaca kondisi
lingkungannya, dia akan dipaksa menyadari bahwa “ada yang berbeda dengan diri
saya”. Teman-teman di sekitarnya sibuk dengan pacar masing-masing atau
setidaknya menikmati begitu saja proses percintaan mereka. Berkirim-kirim sms,
menelepon semalaman, menerima seorang cowok jadi pacarnya, kencan pada malam
minggu, curhat pada sahabatnya, dan hubungan-hubungan romantis anak-anak muda
lainnya yang tentu saja jauh lebih sulit bahkan mustahil kita dapatkan, setidaknya
secara terang-terangan. Menyadari semua itu, kita akan diingatkan kembali pada istilah:
MENGAPA?
Mengapa orang lain bisa dekat dengan pacar-pacar mereka,
sementara aku tidak?
Mengapa teman satu kelasku bisa mengungkapkan cintanya
pada seseorang, sementara aku untuk mendekatinya saja tidak memiliki keberanian?
Mengapa orang lain bisa curhat pada sahabatnya saat
mereka disakiti oleh pacarnya, sedangkan aku yang selalu teraniaya ini hanya
bisa bungkam dan memendam perasaan seorang diri?
Ketika teman-teman punya masalah asmara, mereka masih
bisa datang pada guru BK. Apakah aku bisa melakukan hal yang sama?
Ketika temanku ditolak karena jelek, miskin, bodoh,
nakal, atau alasan lainnya mungkin aku juga akan ditolak dengan alasan yang
lebih dari itu.
Ketika aku menyukai seseorang dan ternyata dia sudah
punya pacar tentu aku cemburu, tapi aku juga tak berani mengatakan bahwa aku
lebih layak memilikinya.
Maka setelah itu semua terjadi, kita akan menyimpulkan: tidak
adakah di dunia ini rasa yang bisa kita nikmati selain sakit hati?
Bagi seorang kaum gay pemula (sebetulnya saya ingin
tertawa menggunakan istilah ini) mencintai seseorang adalah neraka. Terlebih
ketika mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap. Tak tahu harus pada siapa
mencurahkan perasaan dan bagaimana mencurahkannya. Ditambah lagi akan kesadaran
bahwa cintanya hanya akan bertepuk sebelah tangan.
Mungkin kita bisa mengatakan, “cari saja sesama kaum gay
agar kemudian bisa saling mencintai.” Tentu saja hal itu akan jauh lebih mudah bila
cinta seseorang (tak peduli dia kaum gay atau bukan) bisa kita tujukan pada
orang tertentu. Tapi pada kenyataannya kita mengenal kasus orang bunuh diri,
orang gila, patah hati dan lain sebagainya yang kita tahu masalahnya adalah
cinta. Kalau kita bisa mengendalikan perasaan mungkin istilah kaum gay tak
perlu kita kenal. Tapi merubah perasaan terhadap orang yang kita cintai
ternyata tidak mudah.
Berdasarkan pengalaman saya, agar kita tidak terlalu depresi
menghadapi kenyataan tersebut, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan saat
kita mencintai seseorang. Semoga bisa membantu:
1.
Bila Anda sudah merasa mencintainya, AKUI ITU. Memungkiri
kenyataan hanya akan membuat kita semakin ditangkap olehnya dan dipaksa untuk
yakin saat kita tidak mau meyakininya, ini akan lebih menyusahkan.
2.
Bila kita sudah meyakini dia orang yang kita cinta,
perlakukan dia benar-benar selayaknya orang yang kita cintai. Intinya hindari
apa-apa yang bisa membuatnya tak nyaman, kecewa, sakit hati, dan lain
sebagainya. Termasuk kondisi kita yang mencintainya, karena memang tidak mudah
menerima kondisi orang seperti kita.
Kalaupun
yang kita cintai adalah sesama kaum gay, bukan berarti perasaan kita akan
mendapat sambutan yang hangat. Salah-salah dia sudah ada yang memiliki, belum
bisa menerima kita, atau sedang mencintai orang lain.
Kalaupun
ia menerima kita dan menjalin hubungan ‘serius’. INGAT keseriusan dan
kesungguhan seseorang sulit dibaca. JANGAN terjebak pada perasaan kita yang
meng-IYA-kan semua tindakannya hanya karena kita sangat mencintainya.
3.
Kendalikan perasaan. Berinteraksi dengan orang tercinta
tentu tidak terelakkan (karena memang dari interaksi itulah kemudian timbul
perasaan). Jangan sekali-kali menggunakan kesempatan WALAUPUN sangat terbuka
lebar.
Jangan
sampai kemudian kita menikmati ketika secara kebetulan dia menawarkan untuk
mengantar kita, mengajaknya berdiskusi karena satu kelompok belajar, menghubungi
kita melalui sms atau telephone, bertanya sesuatu kepada kita, dan interaksi
lain yang membuat kita merasa dekat dengannya.
JANGAN
menganggap itu sebagai keberuntungan. BERHATI-HATILAH karena apa yang terjadi,
apa yang dia lakukan, tentu dalam konteks kita sebagai teman atau bahkan
sekedar kenalan. Bila ‘kesempatan’ demikian kita anggap keberuntungan nasib
kita, maka bersiaplah untuk SAKIT HATI. Kondisi seperti itu adalah CANDU yang
bila tidak terpenuhi akan sangat menyiksa. Sementara orang yang kita cintai
tidak selamanya bisa melakukan itu.
Bisa
kita bayangkan bila setiap malam dia menanyakan tugas kepada kita melalui sms,
tapi suatu ketika dia bisa menyelesaikan tugasnya sendiri. Atau melihatnya
sudah membonceng orang lain, hanya kerena dia lebih dahulu bertemu dengan orang
lain tadi. Tentu saja itu tidaklah nyaman.
Kita tak
perlu memberi nilai istimewa pada moment-moment itu apa lagi memulainya.
4.
Jaga sikap dan kendalikan tingkah Anda. Menghadapi
perasaan demikian cenderung membuat kita SALAH TINGKAH. Jangan terlalu LEBAY tapi
juga jangan OVER PROTECTIVE.
Sikap
LEBAY hanya akan membuka tameng kita. seorang kaum gay terkadang memiliki ciri
khas tersendiri dalam bersikap. Walau tidak terjadi secara umum, tapi gerak
tubuh yang gemulai sering tanpa sadar dilakukan. Terutama bila perasaan sudah
tidak terkendali. INGAT tubuh kita adalah tubuh laki-laki dan kebanyakan orang
masih merasa risih bila gesture kita tidak sesuai dengan itu. Salah-salah akan
mempermalukan diri sendiri. Bukan disenangi mereka malah ilfeel terhadap kita.
Kita membuatnya selangkah lebih jauh dari kita. Semakin jauh.
Begitu
pula sikap OVER PROTECTIVE. Terlalu menjauh. Memang ada rasa khawatir karena
tidak ingin mendapat harapan. Tapi kegelisahan tak perlu ditampakkan saat
bertemu atau dekat dengannya. Jangan kikuk dan gelagapan saat berbicara, tak
perlu selalu menunduk saat berbicara, atau bahkan bersikap dingin dan pendiam
saat dia mengajak kita bicara. Sikap ini tak kalah sulitnya untuk tidak menjadi
LEBAY.
5.
Curhatlah dengan menulis. Anda sedih, senang, emosial
yang tidak menentu, dan ingin bercerita tapi tak tahu pada siap? Menulislah.
Ya, memiliki sebuah catatan pribadi atau diary menurut saya adalah sesuatu yang
hebat dan istimewa. Orang-orang besar yang tulisannya sangat terkenalpun tak
lepas dari catatan perjalanan hidupnya dalam bentuk tulisan. Jangn berfikir
bahwa sebuah diary hanya identik dengan cewek dan sifat cengengnya. Sama sekali
TIDAK. Adolf Hitler dan Sayyid Quthb, ya orang-orang seperti mereka memiliki
catatan perjalanan hidup saat mereka bahkan dalam jeruji besi.
Dairy
tak hanya dapat menjadi media penyalur perasaan, namun lebih sebagai rekam
medik kehidupan kita, walau jika memang ada catatan yang kurang nyaman akan
bisa membuatnya menoreh luka lama masa lalu. Namun catatan harian juga bisa
beralih fungsi saat terlalu banyak hal yang tak dapat kita paparkan pada orang
lain melalui lisan, bagi mereka yang ingin tahu kehidupan kita tentunya. Itu akan sangat membantu
mereka untuk memahami kemudian membantu kita.
Kalaupun
luka lama yang tercatat di sana, maka cukuplah itu kita ambil peringatannya
saja. Seperti yang tertulis oleh HAMKA dalam romannya yang terkenal,
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Kurang lebih:
“Hari
yang telah lalu itu memang telah lalu, yang tinggal hanyalah peringatannya saja.”
6.
Mencari sahabat yang tepat. Bila tak cukup dengan buku
harian, maka boleh-boleh saja mencari orang untuk diajak mendengar keluh-kesah
kita. Tapi INGAT, tak selalu dan selamanya orang bisa menerima keadaan kita.
Kalau pun bisa bukan berarti mereka peduli dan bisa memberi solusi. Solusi yang
dimaksud adalah memberi kita motivasi ke arah positif bukan selalu kepada arah
yang kita inginkan.
Sahabat
yang baik bukan mereka yang selalu membenarkan perbuatan kita, tapi mereka yang
mebimbing kita ketika kita salah. Mengarahkan kita pada hal yang seharusnya
kita lakukan. Orang yang selalu membenarkan kita justru adalah orang yang
menjerumuskan kita. Merasa patah hati, sakit, dan sedih memang akan sering kita
rasakan, terutama dalam hal perasaan kita rehadap orang yang kita cintai, tapi
bukan berarti kemudian kita menyalahkan orang lain dan mancari dukungan terhadap
tindakan konyol kita.
Kita
tidak bisa begitu saja mencari sahabat dengan harapan bisa mendekatkan kita
dengan orang yang kita cintai. Atau meminta sahabat kita untuk membuat orang
itu menerima keadaan kita dan kemudian menjalin hubungan. Selain sahabat kita
menjadi sangat direpotkan oleh suatu tugas yang mungkin baru pertama kali ini
ia temui, tindakan tersebut salah-salah akan membuat orang yang kita cintai
semakin merasa tidak nyaman.
Sahabat
yang baik adalah mereka yang bisa membuat kita memperbaiki keadaan, bertahan
setidaknya. Adakalanya mereka ingin kita mencoba mengubah keadaan kita. INI
SANGAT PENTING. Kita tidak perlu menyalahkan mereka dan berfikir mereka tidak
mendukung kehidupan homoseksualitas. Bukan itu maksud mereka. Tetapi mereka
mencoba memberikan alternatif yang lebih memungkinkan, terutama dalam kondisi
seperti di negara kita, misalnya.
Mereka
tidak mungkin bukan jika harus membuat orang yang kita cintai mau menerima kita
sebagi pacar kita, atau kemudian harus demo seorang diri di depan Istana Negara
untuk mengesahkan pernikahan sejenis, atau memaksa setiap orang di sekitar kita
untuk bisa memahmi dan menerima kita. Itu masih terlalu sulit. Cara terdekat
yang bisa sahabat kita bantu adalah pendekatan secara personal kepada kita.
Obrolan
tentang sahabat ini mungkin perlu saya jabarkan dalam tulisan lainnya.
7.
Sadari bahwa di dunia ini tak ada yang abadi. Saat jatuh
cinta, seakan segala tentang orang tercinta sangat luar biasa.
Dia
adalah segalanya bagi kita.
Setiap
hembusan nafas menyuarakan namanya.
Membuatku
bersemangat pergi ke sekolah dan berharap bertemu di depan kelas.
Mmbuatku
gelisah dan saat jam istirahat membuatku sibuk mencarinya.
Juga merenggut
malamku yang sepi sebelum tidur.
Tidak.
Bahkan tidurku pun aku harus memimpikannya.
Aku
hanya diam saja saat bersamanya karena aku tahu aku tak butuh apa-apa lagi saat
itu. Cukup dia bagiku.
Aku
bahkan merekam segala sesuatu tentangnya. Matanya, suaranya, cara
berpakaiannya, tekstur kulit, bahkan mungkin aku harus menghitung rambut
alisnya, warna kukunya, ukuran sepatunya, begitu pula jadwal kegiatannya.
Aku
merasa perlu mencintai apa yang dia cintai dan membenci apa yang dia benci.
Foto-fotonya
tiba-tiba menjadi koleksi baru yang harus kukumpulkan setiap waktu dan dari
siapapun itu. Selengkap mungkin.
Dan aku
yakin, dia terlalu hebat untuk aku lupakan.
Aku akan
mengingatnya seumur hidupku.
Aku akan
mati dengan menyebut namanya disamping nama Tuhan dan Nabiku.
Seperti
itu nampaknya. Itu yang akan kita rasa dan lakukan. Ya, seakan-akan dia adalah
sesuatu yang tiba-tiba menjadi bagian tak terpisahkan dan dekat dengan kita. Tapi
INGAT, suatu saat nanti kita sendir yang akan membuktikan, bahwa orang itu akan
menjadi biasa-biasa saja. Tentu saat itu kita sekaligus berfikir ada yang lebih
baik darinya.
Lucu.
Kita meyadari kesalahan kita dan sekaligus melakukannya kembali secara
bersamaan. Ya, memang segala cinta akan orang itu suatu saat nanti akan berubah.
Silahkan dibuktikan. Ini adalah sesuatu yang tak hanya terjadi pada kaum gay,
Tapi juga pada manusia kebanyakan. Intinya, jangan terlalu berlebihan menyikapi
seseorang/sesuatu, karena sangat mungkin segalanya itu hanya akan menjadi
biasa-biasa saja, bahkan sebaliknya suatu saat nanti.
8.
Hal terakhir yang perlu kita lakukan adalah mengalihkan
perhatian dalam kehidupan kita terhadap masalah kita. Bukan berarti lari dari
kenytaan atau mengabaikannya. Justru dengan menyibukkan diri dengan urusan yang
tidak ada hubungannya dengan masalah kita akan membuat kita mengetahui apa
potensi kita.
Kita
bisa memulainya dari belajar dengan giat agar menjadi manusia unggul dalam
akademik atau bisa pula dengan aktiv dalam kegiatan-kegiatan ekstra, menulis,
membaca, dan banyak lagi. Tahap ini juga akan saya paparkan pada tulisan
berikutnya.
Sobat-sobat pembaca yang budiman, setidaknya itu dulu
beberapa hal yang saya dapat dalam catatan perjalanan hidup saya. Setidaknya
membuat hidup saya menjadi sama indahnya dengan kehidupan orang lain. Tak perlu
menunggu undang-undang di negara kita menjadi seperti di negara Belanda. Iya
kalau itu bisa, jika tidak maka kitalah yang harus pandai-pandai menyesuaikan
pribadi kita dengan keadaan yang ada. Seperti kata tokoh utama dalam Brokeback
Mountain:
“But if you can’t fix it you got a stand it.”
(Jika kau tidak bisa menyelesaikannya, maka (setidaknya) kau
harus bertahan)
_Ennies Del Mar
Semoga membantu.
0 komentar:
Posting Komentar