8 HAL YANG PERLU KAMU LAKUKAN SAAT MENCINTAI SESEORANG

Jumat, 23 Mei 2014 0 komentar
Berbicara masalah cinta dan perasaan memang tidak mudah. Terlebih bila kita menyadari ada yang salah dengan perasaan dan cinta itu. Tidak seperti kebanyakan cerita yang sering kita dengar. Permasalahan cinta seorang kaum gay tak sekedar rumit hanya karena masalah kecantikan dan ketampanan, tidak sekedar masalah kaya dan miskin, derajat tinggi dan rendah, direstui atau ditolak, dikhianatai, atau problematika percintaan yang umum kita tonton dari sinetron atau baca melalui novel. Problematika cinta seorang kaum gay jarang menjadi tema.
Benar-benar membuat stress jika cinta mulai tumbuh namun juga ada kesadaran bahwa kita dan orang yang kita cintai tak pernah punya kesempatan untuk hidup bersama. Setidaknya dengan kondisi undang-undang seperti di negara kita. Ketika perasaan itu datang maka semua tema tragis percintaan dalam sinetron dan novel menjadi tema kehidupan kita. Cintanya tidak hanya bertepuk sebelah tangan, orang yang kita cintai mungkin juga akan jijik bahkan benci, belum lagi orang tua tidak akan siap menerima nasib anaknya, jika orang lain tidak benci bukan berarti mereka tahu cara menolong kita, bahkan mungkin kita sendiri tidak tahu yang sebetulnya kita inginkan saat menghadapi kondisi tersebut.
KAUM GAY pada tahap awal kesadaran diri mereka, -katakan saja pada saudara-saudara kita yang masih berusia muda dan baru memasuki masa pubertas, tentu mengalami loncatan psikologis ganda jika dibandingkan dengan kebanyakan manusia biasa. Pada kondisi umum saja permasalahan kita, khususnya remaja sudah sangat membuat mereka tertekan. Masalah-masalah sosial psikologis mulai bermunculan. Mulai dari masalah asmara, hubungan sosial, persahabatan, akademik, bahkan ekonomi. Semua orang akan mengalami ini. Kemudian kaum gay akan memiliki masalah tambahan yang merupakan catatan khusus selama menjalani proses pendewasaan. Tentu saja terutama masalah cinta dan perasaan seperti yang sudah disebut sebelumnya.
Bila seorang kaum gay telah dapat membaca kondisi lingkungannya, dia akan dipaksa menyadari bahwa “ada yang berbeda dengan diri saya”. Teman-teman di sekitarnya sibuk dengan pacar masing-masing atau setidaknya menikmati begitu saja proses percintaan mereka. Berkirim-kirim sms, menelepon semalaman, menerima seorang cowok jadi pacarnya, kencan pada malam minggu, curhat pada sahabatnya, dan hubungan-hubungan romantis anak-anak muda lainnya yang tentu saja jauh lebih sulit bahkan mustahil kita dapatkan, setidaknya secara terang-terangan. Menyadari semua itu, kita akan diingatkan kembali pada istilah: MENGAPA?
Mengapa orang lain bisa dekat dengan pacar-pacar mereka, sementara aku tidak?
Mengapa teman satu kelasku bisa mengungkapkan cintanya pada seseorang, sementara aku untuk mendekatinya saja tidak memiliki keberanian?
Mengapa orang lain bisa curhat pada sahabatnya saat mereka disakiti oleh pacarnya, sedangkan aku yang selalu teraniaya ini hanya bisa bungkam dan memendam perasaan seorang diri?
Ketika teman-teman punya masalah asmara, mereka masih bisa datang pada guru BK. Apakah aku bisa melakukan hal yang sama?
Ketika temanku ditolak karena jelek, miskin, bodoh, nakal, atau alasan lainnya mungkin aku juga akan ditolak dengan alasan yang lebih dari itu.
Ketika aku menyukai seseorang dan ternyata dia sudah punya pacar tentu aku cemburu, tapi aku juga tak berani mengatakan bahwa aku lebih layak memilikinya.
Maka setelah itu semua terjadi, kita akan menyimpulkan: tidak adakah di dunia ini rasa yang bisa kita nikmati selain sakit hati?
Bagi seorang kaum gay pemula (sebetulnya saya ingin tertawa menggunakan istilah ini) mencintai seseorang adalah neraka. Terlebih ketika mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap. Tak tahu harus pada siapa mencurahkan perasaan dan bagaimana mencurahkannya. Ditambah lagi akan kesadaran bahwa cintanya hanya akan bertepuk sebelah tangan.
Mungkin kita bisa mengatakan, “cari saja sesama kaum gay agar kemudian bisa saling mencintai.” Tentu saja hal itu akan jauh lebih mudah bila cinta seseorang (tak peduli dia kaum gay atau bukan) bisa kita tujukan pada orang tertentu. Tapi pada kenyataannya kita mengenal kasus orang bunuh diri, orang gila, patah hati dan lain sebagainya yang kita tahu masalahnya adalah cinta. Kalau kita bisa mengendalikan perasaan mungkin istilah kaum gay tak perlu kita kenal. Tapi merubah perasaan terhadap orang yang kita cintai ternyata tidak mudah.
Berdasarkan pengalaman saya, agar kita tidak terlalu depresi menghadapi kenyataan tersebut, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan saat kita mencintai seseorang. Semoga bisa membantu:
1.      Bila Anda sudah merasa mencintainya, AKUI ITU. Memungkiri kenyataan hanya akan membuat kita semakin ditangkap olehnya dan dipaksa untuk yakin saat kita tidak mau meyakininya, ini akan lebih menyusahkan.
2.      Bila kita sudah meyakini dia orang yang kita cinta, perlakukan dia benar-benar selayaknya orang yang kita cintai. Intinya hindari apa-apa yang bisa membuatnya tak nyaman, kecewa, sakit hati, dan lain sebagainya. Termasuk kondisi kita yang mencintainya, karena memang tidak mudah menerima kondisi orang seperti kita.
Kalaupun yang kita cintai adalah sesama kaum gay, bukan berarti perasaan kita akan mendapat sambutan yang hangat. Salah-salah dia sudah ada yang memiliki, belum bisa menerima kita, atau sedang mencintai orang lain.
Kalaupun ia menerima kita dan menjalin hubungan ‘serius’. INGAT keseriusan dan kesungguhan seseorang sulit dibaca. JANGAN terjebak pada perasaan kita yang meng-IYA-kan semua tindakannya hanya karena kita sangat mencintainya.
3.      Kendalikan perasaan. Berinteraksi dengan orang tercinta tentu tidak terelakkan (karena memang dari interaksi itulah kemudian timbul perasaan). Jangan sekali-kali menggunakan kesempatan WALAUPUN sangat terbuka lebar.
Jangan sampai kemudian kita menikmati ketika secara kebetulan dia menawarkan untuk mengantar kita, mengajaknya berdiskusi karena satu kelompok belajar, menghubungi kita melalui sms atau telephone, bertanya sesuatu kepada kita, dan interaksi lain yang membuat kita merasa dekat dengannya.
JANGAN menganggap itu sebagai keberuntungan. BERHATI-HATILAH karena apa yang terjadi, apa yang dia lakukan, tentu dalam konteks kita sebagai teman atau bahkan sekedar kenalan. Bila ‘kesempatan’ demikian kita anggap keberuntungan nasib kita, maka bersiaplah untuk SAKIT HATI. Kondisi seperti itu adalah CANDU yang bila tidak terpenuhi akan sangat menyiksa. Sementara orang yang kita cintai tidak selamanya bisa melakukan itu.
Bisa kita bayangkan bila setiap malam dia menanyakan tugas kepada kita melalui sms, tapi suatu ketika dia bisa menyelesaikan tugasnya sendiri. Atau melihatnya sudah membonceng orang lain, hanya kerena dia lebih dahulu bertemu dengan orang lain tadi. Tentu saja itu tidaklah nyaman.
Kita tak perlu memberi nilai istimewa pada moment-moment itu apa lagi memulainya.
4.      Jaga sikap dan kendalikan tingkah Anda. Menghadapi perasaan demikian cenderung membuat kita SALAH TINGKAH. Jangan terlalu LEBAY tapi juga jangan OVER PROTECTIVE.
Sikap LEBAY hanya akan membuka tameng kita. seorang kaum gay terkadang memiliki ciri khas tersendiri dalam bersikap. Walau tidak terjadi secara umum, tapi gerak tubuh yang gemulai sering tanpa sadar dilakukan. Terutama bila perasaan sudah tidak terkendali. INGAT tubuh kita adalah tubuh laki-laki dan kebanyakan orang masih merasa risih bila gesture kita tidak sesuai dengan itu. Salah-salah akan mempermalukan diri sendiri. Bukan disenangi mereka malah ilfeel terhadap kita. Kita membuatnya selangkah lebih jauh dari kita. Semakin jauh.
Begitu pula sikap OVER PROTECTIVE. Terlalu menjauh. Memang ada rasa khawatir karena tidak ingin mendapat harapan. Tapi kegelisahan tak perlu ditampakkan saat bertemu atau dekat dengannya. Jangan kikuk dan gelagapan saat berbicara, tak perlu selalu menunduk saat berbicara, atau bahkan bersikap dingin dan pendiam saat dia mengajak kita bicara. Sikap ini tak kalah sulitnya untuk tidak menjadi LEBAY.
5.      Curhatlah dengan menulis. Anda sedih, senang, emosial yang tidak menentu, dan ingin bercerita tapi tak tahu pada siap? Menulislah. Ya, memiliki sebuah catatan pribadi atau diary menurut saya adalah sesuatu yang hebat dan istimewa. Orang-orang besar yang tulisannya sangat terkenalpun tak lepas dari catatan perjalanan hidupnya dalam bentuk tulisan. Jangn berfikir bahwa sebuah diary hanya identik dengan cewek dan sifat cengengnya. Sama sekali TIDAK. Adolf Hitler dan Sayyid Quthb, ya orang-orang seperti mereka memiliki catatan perjalanan hidup saat mereka bahkan dalam jeruji besi.
Dairy tak hanya dapat menjadi media penyalur perasaan, namun lebih sebagai rekam medik kehidupan kita, walau jika memang ada catatan yang kurang nyaman akan bisa membuatnya menoreh luka lama masa lalu. Namun catatan harian juga bisa beralih fungsi saat terlalu banyak hal yang tak dapat kita paparkan pada orang lain melalui lisan, bagi mereka yang ingin tahu kehidupan  kita tentunya. Itu akan sangat membantu mereka untuk memahami kemudian membantu kita.
Kalaupun luka lama yang tercatat di sana, maka cukuplah itu kita ambil peringatannya saja. Seperti yang tertulis oleh HAMKA dalam romannya yang terkenal, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Kurang lebih:
“Hari yang telah lalu itu memang telah lalu, yang tinggal hanyalah peringatannya saja.”
6.      Mencari sahabat yang tepat. Bila tak cukup dengan buku harian, maka boleh-boleh saja mencari orang untuk diajak mendengar keluh-kesah kita. Tapi INGAT, tak selalu dan selamanya orang bisa menerima keadaan kita. Kalau pun bisa bukan berarti mereka peduli dan bisa memberi solusi. Solusi yang dimaksud adalah memberi kita motivasi ke arah positif bukan selalu kepada arah yang kita inginkan.
Sahabat yang baik bukan mereka yang selalu membenarkan perbuatan kita, tapi mereka yang mebimbing kita ketika kita salah. Mengarahkan kita pada hal yang seharusnya kita lakukan. Orang yang selalu membenarkan kita justru adalah orang yang menjerumuskan kita. Merasa patah hati, sakit, dan sedih memang akan sering kita rasakan, terutama dalam hal perasaan kita rehadap orang yang kita cintai, tapi bukan berarti kemudian kita menyalahkan orang lain dan mancari dukungan terhadap tindakan konyol kita.
Kita tidak bisa begitu saja mencari sahabat dengan harapan bisa mendekatkan kita dengan orang yang kita cintai. Atau meminta sahabat kita untuk membuat orang itu menerima keadaan kita dan kemudian menjalin hubungan. Selain sahabat kita menjadi sangat direpotkan oleh suatu tugas yang mungkin baru pertama kali ini ia temui, tindakan tersebut salah-salah akan membuat orang yang kita cintai semakin merasa tidak nyaman.
Sahabat yang baik adalah mereka yang bisa membuat kita memperbaiki keadaan, bertahan setidaknya. Adakalanya mereka ingin kita mencoba mengubah keadaan kita. INI SANGAT PENTING. Kita tidak perlu menyalahkan mereka dan berfikir mereka tidak mendukung kehidupan homoseksualitas. Bukan itu maksud mereka. Tetapi mereka mencoba memberikan alternatif yang lebih memungkinkan, terutama dalam kondisi seperti di negara kita, misalnya.
Mereka tidak mungkin bukan jika harus membuat orang yang kita cintai mau menerima kita sebagi pacar kita, atau kemudian harus demo seorang diri di depan Istana Negara untuk mengesahkan pernikahan sejenis, atau memaksa setiap orang di sekitar kita untuk bisa memahmi dan menerima kita. Itu masih terlalu sulit. Cara terdekat yang bisa sahabat kita bantu adalah pendekatan secara personal kepada kita.
Obrolan tentang sahabat ini mungkin perlu saya jabarkan dalam tulisan lainnya.
7.      Sadari bahwa di dunia ini tak ada yang abadi. Saat jatuh cinta, seakan segala tentang orang tercinta sangat luar biasa.
Dia adalah segalanya bagi kita.
Setiap hembusan nafas menyuarakan namanya.
Membuatku bersemangat pergi ke sekolah dan berharap bertemu di depan kelas.
Mmbuatku gelisah dan saat jam istirahat membuatku sibuk mencarinya.
Juga merenggut malamku yang sepi sebelum tidur.
Tidak. Bahkan tidurku pun aku harus memimpikannya.
Aku hanya diam saja saat bersamanya karena aku tahu aku tak butuh apa-apa lagi saat itu. Cukup dia bagiku.
Aku bahkan merekam segala sesuatu tentangnya. Matanya, suaranya, cara berpakaiannya, tekstur kulit, bahkan mungkin aku harus menghitung rambut alisnya, warna kukunya, ukuran sepatunya, begitu pula jadwal kegiatannya.
Aku merasa perlu mencintai apa yang dia cintai dan membenci apa yang dia benci.
Foto-fotonya tiba-tiba menjadi koleksi baru yang harus kukumpulkan setiap waktu dan dari siapapun itu. Selengkap mungkin.
Dan aku yakin, dia terlalu hebat untuk aku lupakan.
Aku akan mengingatnya seumur hidupku.
Aku akan mati dengan menyebut namanya disamping nama Tuhan dan Nabiku.
Seperti itu nampaknya. Itu yang akan kita rasa dan lakukan. Ya, seakan-akan dia adalah sesuatu yang tiba-tiba menjadi bagian tak terpisahkan dan dekat dengan kita. Tapi INGAT, suatu saat nanti kita sendir yang akan membuktikan, bahwa orang itu akan menjadi biasa-biasa saja. Tentu saat itu kita sekaligus berfikir ada yang lebih baik darinya.
Lucu. Kita meyadari kesalahan kita dan sekaligus melakukannya kembali secara bersamaan. Ya, memang segala cinta akan orang itu suatu saat nanti akan berubah. Silahkan dibuktikan. Ini adalah sesuatu yang tak hanya terjadi pada kaum gay, Tapi juga pada manusia kebanyakan. Intinya, jangan terlalu berlebihan menyikapi seseorang/sesuatu, karena sangat mungkin segalanya itu hanya akan menjadi biasa-biasa saja, bahkan sebaliknya suatu saat nanti.
8.      Hal terakhir yang perlu kita lakukan adalah mengalihkan perhatian dalam kehidupan kita terhadap masalah kita. Bukan berarti lari dari kenytaan atau mengabaikannya. Justru dengan menyibukkan diri dengan urusan yang tidak ada hubungannya dengan masalah kita akan membuat kita mengetahui apa potensi kita.
Kita bisa memulainya dari belajar dengan giat agar menjadi manusia unggul dalam akademik atau bisa pula dengan aktiv dalam kegiatan-kegiatan ekstra, menulis, membaca, dan banyak lagi. Tahap ini juga akan saya paparkan pada tulisan berikutnya.
Sobat-sobat pembaca yang budiman, setidaknya itu dulu beberapa hal yang saya dapat dalam catatan perjalanan hidup saya. Setidaknya membuat hidup saya menjadi sama indahnya dengan kehidupan orang lain. Tak perlu menunggu undang-undang di negara kita menjadi seperti di negara Belanda. Iya kalau itu bisa, jika tidak maka kitalah yang harus pandai-pandai menyesuaikan pribadi kita dengan keadaan yang ada. Seperti kata tokoh utama dalam Brokeback Mountain:
“But if you can’t fix it you got a stand it.”
(Jika kau tidak bisa menyelesaikannya, maka (setidaknya) kau harus bertahan)
_Ennies Del Mar

Semoga membantu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 YP's Blog | TNB