“Ikatlah ilmu dengan menulis.”
―
Ali Bin Abi Thalib ra
“Ketika sebuah karya selesai
ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi.”
―
Helvy Tiana Rosa
“Orang boleh pandai setinggi
langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan
dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
―
Pramoedya Ananta Toer
“Mulailah dengan menuliskan
hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.”
―
J.K. Rowling
“Jika aku menulis dilarang,
aku akan menulis dengan tetes darah!”
―
Wiji Thukul
“Diary adalah sarana untuk
melatih menulis yang paling baik.”
―
Teh Maya - Dosen STIKOM
Betapa pentingnya ternyata menulis itu.
Saya secara pribadi bahkan mencobanya. Tulisan pertama saya saya tuangkan dalam
bentuk buku harian. Kala itu kira-kira saya masih duduk di bangku kelas dua atau
tiga sekolah dasar, saya benar-benar lupa. Lucu juga jika mengingat latar
belakang mengapa saya menulis buku harian pertama saya. Ya, hanya karena waktu
itu saya bertemu kembali dengan teman lama saat di taman kanak-kanak dulu. Kami
kembali sekelas di sekolah madrasah sore. Tak perlu dipertanyakan lagi, dia
anak laki-laki yang cukup menarik perhatian saya.
Saya benar-benar merasasangat aneh. Saya
sadari saya berbeda dari kebanyakan teman-teman saya. Bukan hanya masalah
perasaan yang saya alami, terlebih pada orientasi dari perasaan itu. Saya ingin
banyak bercerita pada orang lain, tapi tidak tahu pada siapa saya harus
bercerita. Sesuatu yang kemudian saya kenal dengan istilah curahan hati
(curhat). Hingga akhirnya saya meluapkannya melalui tinta dalam buku. Ya,
menulis begitu terasa melegakan perasaan seperti layaknya bercerita pada orang
lain. Menulis membuat perasaan saya tersalurkan bahkan tanpa khawatir diketahui
banyak orang. Selain itu saya menjadi lebih mudah mengutarakan kondisi saya
dengan menunjukkan tulisan itu pada orang lain tanpa harus kesulitan merangkai
ucapan.
Buku harian itu sangat membantu saya
menyampaikan apa yang sebetulnya saya rasakan secara detail dan terstruktur
pada orang lain yang menurut saya layak untuk mengetahuinya. Itu juga bisa kita
gunakan saat kita kesulitan berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Pada
sahabat kita. Kita mungkin grogi, malu, atau gagap bila berbicara secara
langsung pada orang lain.Tapi dengan tulisan yang kita buat jauh-jauh
sebelumnya, saat emosional benar-benar membuncah, maka perasaan itu yang akan
menggerakkan tulisan kita.
Begitulah buku harian. Diary. Dia
menjadi teman setia saya selama beberapa tahun. Sebuah buku harian tak hanya
saya isi dengan tulisan. Di sana ada foto-foto, kutipan dari buku-buku sastra,
lirik lagu, puisi, dan masih bisa diisi dengan banyak hal lainnya. Intinya yang
bisa menjadi rekam jejak kehidupanmu.
Selain sebagai penyalur perasaan yang
aman dan mudah, menjadi alat komunikasi kita dengan orang lain, sebuah buku
harian juga merupakan sebuah rekam jejak otentik yang bisa kita gunakan untuk
mengevaluasi perkembangan kita. Bahkan juga digunakan oleh orang lain (sahabat
kita misalnya) dalam memahami diri kita, mengenal diri kita lebih dalam bahkan
untuk sesuatu yang sulit untuk kita sampaikan karena terlalu pribadi. Dari buku
harian kita mereka akan tahu bagaimana kondisi kita, apa masalah dan keinginan
kita, karakter kita, bahkan tahu bagaimana harus membantu kita.
Sebuah buku harian secara fisik
menggambarkan masa lalu kita. Catatan masa lalu itu yang bisa digunakan untuk
melangkah di masa depan.
Namun demikian terkadang ada sesuatu
yang terlalu berat untuk dituliskan dalam buku harian. Sesuatu yang terkadang
terlalu berat untuk diingat dan benar-benar tak perlu diketahui orang lain.
Ibarat sebuah film, ada scene yang perlu disensor. Untuk buku harian itu kita
sendirilah yang memiliki hak mana bagian dari hidup yang perlu kita abadikan
dan mana yang cukup menghantui ingatan kita saja. Bila tidak demikian, maka
akan terlalu berat bagi kita bila suatu hari nanti secara tidak sengaja kita
membuka lembaran hitam itu. Ada beberapa hal yang perlu benar-benar diingat
agar kita bisa menggunakan cara yang lebih baik dalam menghadapi hidup kedepannya.
Tapi ada juga beberapa hal yang hanya bisa diambil hikmah atau pelajarannya
saja. Cukup untuk menjadi peringatan saja.
Berikut ini saya paparkan beberapa hal
yang perlu kamu perhatikan dalam menulis catatan harian:
Lalu akan sepeti apa bentuk tulisan kita? Sekali lagi BEBAS. Orang-orang
bisa melihatnya sebagai catatan biasa, membacanya seperti sebuah puisi, bahkan
menikamtinya layaknya sebuah buku novel. Bahkan lebih dari itu. Mereka akan
mebaca sebuah catatan sejarah pribadi kamu.
5. Pakailah inisial. Walau kamu bisa menyimpan buku harianmu, buka berarti
tidak ada orang yang ingin mengetahuinya. Baik hanya sekedar iseng atau malah
sengaja mengincar kehidupanmu untuk diambil sisi negatifnya. Terlebih sebagai
seorang gay, catatan yang kita buat bukanlah catatan yang bisa setiap orang
bisa menerimanya. Maka dari itu gunakanlah nama-nama samaran. Terutama untuk
mereka yang kamu anggap perlu dirahasikan identitasnya. Seperti orang yang kita
cintai, pacar kita, tempat favorit yang sering kita kunjungi, agenda rutin kita,
dan lain sebagainya. Setidaknya itu sedikit mempersulit bagi orang yang tidak
seharusnya membaca buku kita.
6. Gunakan tanda pengenal. Ini tidak wajib, karena denganmodel tulisan saja
sebetulnya sudah cukup menjadi tanda pengenal, tapi tentu akan lebih baik jika
kamu menggunakannya. Setidaknya sebuah tanda tangan. Atau sebuah kalimat khas
yang selalu digunakan di akhir catatan, sebuah stempel, atau penanda lainnya. Itu
cukup membantu memberikan otentitas tulisan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar