Nulis, yuk!

Minggu, 25 Mei 2014 0 komentar
“Ikatlah ilmu dengan menulis.”
― Ali Bin Abi Thalib ra

“Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi.”
― Helvy Tiana Rosa

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
― Pramoedya Ananta Toer

“Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.”
― J.K. Rowling

“Jika aku menulis dilarang, aku akan menulis dengan tetes darah!”
― Wiji Thukul

“Diary adalah sarana untuk melatih menulis yang paling baik.”
― Teh Maya - Dosen STIKOM

Betapa pentingnya ternyata menulis itu. Saya secara pribadi bahkan mencobanya. Tulisan pertama saya saya tuangkan dalam bentuk buku harian. Kala itu kira-kira saya masih duduk di bangku kelas dua atau tiga sekolah dasar, saya benar-benar lupa. Lucu juga jika mengingat latar belakang mengapa saya menulis buku harian pertama saya. Ya, hanya karena waktu itu saya bertemu kembali dengan teman lama saat di taman kanak-kanak dulu. Kami kembali sekelas di sekolah madrasah sore. Tak perlu dipertanyakan lagi, dia anak laki-laki yang cukup menarik perhatian saya.
Saya benar-benar merasasangat aneh. Saya sadari saya berbeda dari kebanyakan teman-teman saya. Bukan hanya masalah perasaan yang saya alami, terlebih pada orientasi dari perasaan itu. Saya ingin banyak bercerita pada orang lain, tapi tidak tahu pada siapa saya harus bercerita. Sesuatu yang kemudian saya kenal dengan istilah curahan hati (curhat). Hingga akhirnya saya meluapkannya melalui tinta dalam buku. Ya, menulis begitu terasa melegakan perasaan seperti layaknya bercerita pada orang lain. Menulis membuat perasaan saya tersalurkan bahkan tanpa khawatir diketahui banyak orang. Selain itu saya menjadi lebih mudah mengutarakan kondisi saya dengan menunjukkan tulisan itu pada orang lain tanpa harus kesulitan merangkai ucapan.
Buku harian itu sangat membantu saya menyampaikan apa yang sebetulnya saya rasakan secara detail dan terstruktur pada orang lain yang menurut saya layak untuk mengetahuinya. Itu juga bisa kita gunakan saat kita kesulitan berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Pada sahabat kita. Kita mungkin grogi, malu, atau gagap bila berbicara secara langsung pada orang lain.Tapi dengan tulisan yang kita buat jauh-jauh sebelumnya, saat emosional benar-benar membuncah, maka perasaan itu yang akan menggerakkan tulisan kita.
Begitulah buku harian. Diary. Dia menjadi teman setia saya selama beberapa tahun. Sebuah buku harian tak hanya saya isi dengan tulisan. Di sana ada foto-foto, kutipan dari buku-buku sastra, lirik lagu, puisi, dan masih bisa diisi dengan banyak hal lainnya. Intinya yang bisa menjadi rekam jejak kehidupanmu.
Selain sebagai penyalur perasaan yang aman dan mudah, menjadi alat komunikasi kita dengan orang lain, sebuah buku harian juga merupakan sebuah rekam jejak otentik yang bisa kita gunakan untuk mengevaluasi perkembangan kita. Bahkan juga digunakan oleh orang lain (sahabat kita misalnya) dalam memahami diri kita, mengenal diri kita lebih dalam bahkan untuk sesuatu yang sulit untuk kita sampaikan karena terlalu pribadi. Dari buku harian kita mereka akan tahu bagaimana kondisi kita, apa masalah dan keinginan kita, karakter kita, bahkan tahu bagaimana harus membantu kita.
Sebuah buku harian secara fisik menggambarkan masa lalu kita. Catatan masa lalu itu yang bisa digunakan untuk melangkah di masa depan.
Namun demikian terkadang ada sesuatu yang terlalu berat untuk dituliskan dalam buku harian. Sesuatu yang terkadang terlalu berat untuk diingat dan benar-benar tak perlu diketahui orang lain. Ibarat sebuah film, ada scene yang perlu disensor. Untuk buku harian itu kita sendirilah yang memiliki hak mana bagian dari hidup yang perlu kita abadikan dan mana yang cukup menghantui ingatan kita saja. Bila tidak demikian, maka akan terlalu berat bagi kita bila suatu hari nanti secara tidak sengaja kita membuka lembaran hitam itu. Ada beberapa hal yang perlu benar-benar diingat agar kita bisa menggunakan cara yang lebih baik dalam menghadapi hidup kedepannya. Tapi ada juga beberapa hal yang hanya bisa diambil hikmah atau pelajarannya saja. Cukup untuk menjadi peringatan saja.
Berikut ini saya paparkan beberapa hal yang perlu kamu perhatikan dalam menulis catatan harian:

1. Gunakan alat tulis sederhana. Cukup dengan kertas standar buku catatan dan tinta hitam. tak perlu yang terlalu banyak mengandung warna atau gambar. Kertas putih dengan garis pembatas membuat kita lebih fokus dan tenang dalam berfikir. Selain itu juga terkesan sebagai catatan formal yang nilai seninya terlihat secara tegas melalui tinta hitam pada bentuk huruf tulisan kita.

2. Gunakan buku yang tebal. Memiliki banyak halaman. Saya yakin kamu akan sangat banyak sekali menulis untuk satu catatan. terlebih bila sudah ketagihan. Mungkin hingga dua atau tiga lembar untuk catatan perasaan kamu dalam sehari. Bila buku yang kamu gunakan terlalu tipis akan membuat kamu terlalu sering mengganti buku dan catatanmu tidak akan terhimpun dengan rapi. Itu akan mempersulit kamu sendiri juga orng lain yang akan membacanya.

3. Jangan lupa catat waktu kejadian atau waktu saat kamu menulis. Terserah bagaimana kamu menulisnya. Hari ini, Sabtu, 24 Mei 2014. Bisa juga Sabtu, 24/05/2014. Bahkan bila perlu tulis juga tempat dan jam saat kamu mencatat. Kamu juga bisa menggunakan istilah satu hari yang lalu, dua hari yang lalu, selalau yang lalu, catatan sebelumnya, atau kembali ke masa lalu untuk menyetakan catatan yang terjadi di masa lampau. Catatan waktu adalah sesuatu yang wajib dalam sebuah buku harian.

4. Untuk isi syaratnya satu. BEBAS. Ya, benar-benar bebas. Terserah kamu mau memulainya dari mana. Tentu kamu akan lebih suka bila langsung menemukan sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaanmu. Jangan pedulikan standar EYD atau aturan apa pun. Itu hanya akan membuat kamu sibuk akan sesuatuyang justru membuatmu kehilangan gelora dalam menumpahkan perasaan.
Lalu akan sepeti apa bentuk tulisan kita? Sekali lagi BEBAS. Orang-orang bisa melihatnya sebagai catatan biasa, membacanya seperti sebuah puisi, bahkan menikamtinya layaknya sebuah buku novel. Bahkan lebih dari itu. Mereka akan mebaca sebuah catatan sejarah pribadi kamu.
5. Pakailah inisial. Walau kamu bisa menyimpan buku harianmu, buka berarti tidak ada orang yang ingin mengetahuinya. Baik hanya sekedar iseng atau malah sengaja mengincar kehidupanmu untuk diambil sisi negatifnya. Terlebih sebagai seorang gay, catatan yang kita buat bukanlah catatan yang bisa setiap orang bisa menerimanya. Maka dari itu gunakanlah nama-nama samaran. Terutama untuk mereka yang kamu anggap perlu dirahasikan identitasnya. Seperti orang yang kita cintai, pacar kita, tempat favorit yang sering kita kunjungi, agenda rutin kita, dan lain sebagainya. Setidaknya itu sedikit mempersulit bagi orang yang tidak seharusnya membaca buku kita.


6. Gunakan tanda pengenal. Ini tidak wajib, karena denganmodel tulisan saja sebetulnya sudah cukup menjadi tanda pengenal, tapi tentu akan lebih baik jika kamu menggunakannya. Setidaknya sebuah tanda tangan. Atau sebuah kalimat khas yang selalu digunakan di akhir catatan, sebuah stempel, atau penanda lainnya. Itu cukup membantu memberikan otentitas tulisan tersebut.


Oke teman-teman. Mungkin itu saja share saya terkait menulis. Mudah-mudahan bisa menjadi alternatif saat kamu merasa tidak ada teman. Sebuah buku harian bisa menampung sebanyak apapun keluh-kesahmu, tanpa protes, tanpa lelah menerima, dan tidak akan sembarangan berbicara pada orang lain. Dari sekarang belajrlah untuk menulis. Menulis akan membuat kamu lega. Selamat mencoba.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 YP's Blog | TNB