Kenal Joko Wiryanto Suwito. Wes kalau emang g kenal, g usah googling
(hehehe....). Mungkin teman-teman sangat asing dengan nama ini. Tapi kalau saya
sebutkan nama Jeanny Stavia atau Avi ‘Naif’!? Pasti kenal’kan....
Model video klip Posesif bawaan group band Naif ini meninggal pada tanggal
19 Januari 2006 silam. Berdasar berita yang banyak beredar, Avi tutup usia
disebabkan karena kangker paru-paru yang menggerogoti kesehatannya (hm... itu
sebabnya saya benci rokok). Pria yang sempat (saya gunakan kata ‘sempat’ karena
sifatnya sementara) memilih jalan hidupnya sebagai seorang waria ini juga
diberitakan akan menikah dengan seorang pria kelahiran Belanda, Paul Jureen.
Walau pada akhirnya mereka gagal bertunangan.
Satu hal yang menarik dari kehidupannya. Keberanian untuk tampil tanpa
menutup-nutupi keadaan dirinya hingga hubungan sesama janisnya sampai ke ranah
pernikahan mereka menunjukkan bahwa Avi adalah orang yang tidak menjadikan
kondisi kepribadiannya sebagai beban. Bahkan dapat kita lihat betapa ia bisa
menikmati keadaannya. Bahkan tak segan-segan untuk tampil di hadapan publik.
Sekali lagi dengan kondisinya yang untuk sebagian orang dianggap tabu. Avi
benar-benar menerima kondisi itu. Bahkan Ibunya, Mariana Constance Suwito, nampak
tak pernah keberatan dengan hal tersebut.
Tapi tahukah kamu bahwa sebelum meninggal Avi sempat berwasiat untuk
dipakaikan busana pria ketika ia mati. Ya, Avi ingin mati sebagai seorang
laki-laki. Mengapa? Bukankah selama ini ia sudah menerima keadaan hidupnya! Atau
memang sebenarnya Avi memberontak di balik pakaian fenimin dan gincu yang
dipakainya itu! Entahlah.
Sebagian dari kita mungkin heran atau tertawa. Mengapa Avi tak ingin mati
dengan kondisinya yang seperti biasa. Seorang waria ataupun gay. Di sinilah sisi
kemanusiaan seseorang tergelitik. Sisi yang akan sangat sensitif sekali
terutama bila sudah dekat dengan apa dan bagiamana manusia itu sebenarnya. Menyadarkan
kita tentang hakekat kehidupan manusia sebenarnya. Inilah yang disebut sebagai
fitrah. Hal yang akan sangat terasa ketika pemiliknya dekat dengan yang
memberikannya. Kematian yang mendekatkannya pada Tuhan.
Akan ada banyak hal yang hadir menjadi beban ketika kita tahu bahwa waktu
kita tak lama lagi di dunia ini. Waktu yang tak lama itu tentu tak memberi kita
kesempatan untuk terlalu banyak memikirkan hal-hal sepele seperti harta, popularitas,
mobil dan rumah mewah, jabatan, dan lain sebagainya. Apa lagi hanya sekedar
mengingat hura-hura penuh nafsu yang selama ini tidak mendatagkan manfaat apa
pun untuk diri kita. Di saat seperti itulah manusia hanya memikirkan satu hal. Apa
yang kira-kira membuat dirinya layak menghadap Tuhannya. Apakah ada kebaikan
yang bisa dijadikannya pemberat amal yang membuatnya layak mendapat kenikmatan.
Apa yang kira-kira sudah duperbuatnya selama hidup di dunia terdahulu. manakah
yang lebih banyak, kebaikan atau keburukankah?
Maka bila itu telah disadari, tak sedikitpun dari waktu yang tersisa itu
akan disia-siakan demi kebaikan yang sebaik-baiknya. Sekecil apa pun itu. Termasuk
menerima kembali keadaan sesuai fitrah seperti yang dilakukan Avi.
Semoga kita selalu diberi kesempatan untuk kembali kepada fitrah tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar